Dekai, – Banyaknya sungai-sungai yang melewati wilayah adat Suku Momuna menyimpan potensi sumber protein hewani yang melimpah. Dintaranya berbagai jenis ikan air tawar, buaya, kura-kura moncong babi dan lain sebagainya. Namun seiring dengan dibukanya wilayah adat Momuna menjadi ibu kota kabupaten Yahukimo, Dekai, tentu saja selain membawa dampak positif namun juga menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat adat Momuna maupun kelestarian lingkungan hidup yang ada. Diantaranya adalah penggunaan bahan yang tidak ramah lingkungan untuk mencari ikan dan udang.
Iberani Otimuka, seorang anggota badan pengurus Dewan Masyarakat Adat Momuna (DMAM) saat mengujungi Sekretariat Jerat , Rabu (28/10) mengatakan bahwa sejak dibuka daerah Dekai menjadi ibu kota kabupaten ada oknum masyarakat yang mencari ikan menggunakan sejenis pestisida. “Biasanya mereka menggunakan Desis dan Aquada . Mereka membuangnya dikali dan membunuh ikan maupun udang baik besar dan kecil ,” ujar Iberani Otimuka. Model penangkapan ikan dan udang yang tidak ramah lingkungan sebelumnya tidak ada , namun kini mereka dapatkan dari pedagang-pedagang dari luar Papua. “Kalau tidak salah sebenarnya ini adalah untuk pupuk tanaman, namun disalah gunakan untukmencari ikan dan udang,” tukas Otimuka. Iberani Otimuka mencontohkan penggunaan bahan berbahaya ini dilakukan di Kampung Muara. Kampung Muara terletak dibagian selatan Kota Dekai, Yahukimo. Akibat dari penggunaan bahan tidak ramah lingkungan tersebut menyebabkan populasi ikan dan udang berkurang dengan drastis.
Sementara itu seorang warga Muara, Timo Otimuka mengatakan bahwa jika saat ini masih ada orang yang membuang racun ke sungai maka masyarakat akan memarahi pelaku. “ Kalau kita masyarakat disini ketemu orang yang pakai racun untuk cari ikan maka kami akan marahi dan usir mereka. Agar mereka tidak pakai racun untuk mencari ikan di sungai,” ucap Timo Otimuka Saat ini masyarakat dari luar Kampung Muara sudah tidak lagi terlihat menggunakan racun untuk mencari ikan di kali. Dan udang maupun ikan kini sudah mulai banyak dan masyarakat sudah tidak susah lagi mencukupi kebutuhan ikan dan udang untuk dikonsumsi warga sehari-hari. (Wirya Supriyadi)