Abraham Yenatewa Kepala Suku Kekri Yantewo, foto : nesta/jeratpapua.orgAbraham Yenatewa Kepala Suku Kekri Yantewo, foto : nesta/jeratpapua.org

JERATPAPTA.ORG, JAYAPURA – Masyarakat Adat Grime Nawa yang bermukim di lembah hutan Adat Namblong Distrik Nimboran mempertegas, bahwa Hutan Adat mereka bukan di ciptakan Tuhan Untuk dirusak Investor, melainkan Tuhan Ciptakan untuk Keberlangsungan kehidupan anak cucu mereka kelak.

Penegasan tersebut di sampaikan salah satu pemilik rlayat ribuan hektar hutan yang saat ini menjadi rebutan Investasi baik Perkebunan Kelapa Sawit dan pengolahan Kayu Abraham Yenatewa Kepa Suku Kekri /Yantewo, Abraham mengakui bahwa pembongkaran hutan tidak menguntungkan mereka , terutama anak cucunya yang mendiami kawasan itu, sebagai salah satu Suku yang paling ba nyak di korbankan dirinya memintah Bupati Jayapura untuk segera menghentikan segala aktifitas Pekebunan kelapa Sawit dan Pengolahan Kayu di atas hutan mereka .

“saya salah satu yang di korbankan, Perusahaan sawit sama sekali tidak menguntungkan kami, hutan kami di bongkar Perkebunan sawit PT Permata Nusan Mandiri dan PT Rimba Matoa Lestari untuk Kayu, hutan kami untuk masa depan anak cucuk kami “tegas Abraham Yenatawa ,senin ,(27/6/2022).

Lanjut Abraham Yenetawa masyarakat adat suku Kekri dan Yantewo sejak nenek Moyang sudah hidup dari hutan adat, sehingga investor jangan merusak ruang kelola mereka, salah satunya hutan , di sana ada sagu , babi hutan, burung dan lokasi Kami berkebun .

“dari saya punya hutan yang di ambil oleh PT Rimba Matoa Lestari sudah berapa ribu hektar ,ditambah yang saat ini mereka akan membongkar lagi hamper 16 ribu hektar otomatis saya punya hutan habis jadi generasai anak cucu saya nanti jadi seperti apa kalau hutan tidak ada “ujar Abraham .

Dirinya dengan tegas memintah Bupati Kabupaten Jayapura harus segera mencabut Izin-izin perusahaan sawit dan Perusahaan Kayu yang beroperasi di atas tanah adat mereka , karena kedepan  jika kegiatan-kegiatan tersebut tidak di antisipasi maka akan berdampak buruk kepada konsistensi masyarakat adat mereka di atas tanahnya sendiri. (nesta)  

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *