Jayapura, Ada suatu proses diwaktu lalu dimana melalui pendidikan formal tidak memberi ruang yang cukup bagi masyarakat adat untuk mengembangkan dan hak-hak dasarnya. Hal ini disebabkan disebabkan karena pendidikan moral sifatnya adalah secara nasional dan top down. Leo Imbiri, Direktur Yayasan Anak Dusun Papua saat ditemui awal bulan Juli 2015, disela-sela kegiatan Forum Debat Papua. Leo Imbiri menjelaskan bahwa saat dirinya ditingkat Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP) belajar dari suatu kurikulum yang lebih banyak mengenal dunia luar dari dimana dirinya berada. Saat ini ada ruang baik dari segi UU, instumen hukum maupun dari keinginan politikk, ada kehendak untuk mengakomodir hak-hak dasar Masyarakat Adat Papua.

“Ada dua persoalan yang pertama yakni kapasitas untuk memberi ruang bagi upaya-upaya bagaimana memberikan definisi dan konsep upaya –upaya perjuangan hak-hak dasar masyarakat adat Papua. Yang kedua upaya-upaya itu didorong dimana ada situasi orang kebingunan akan identitas” ujar Leo Imbiri .

Ditambahkannya karena proses-proses pembangunan yang begitu cepat dan masuk mengintervensi seluruh mekanisme kehidupan ditingkat bawah. Ketika hal ini terjadi maka harus ada intervernsi dilakukan. “Media sebagai alat yang ampuh untuk mensosiliasikan perjuangan hak-hak itu. Oleh karena itu debat kali ini menjadikan mahasiswa sebagai subyek yang turut menentukan, dia harus memberikan pikiran pendapatnya tapi juga dapat kesempatan untuk mengeskplor hak-hak itu” jelas Leo Imbiri.

Mahasiswa Papua Dituntut Mengetahui BudayanyaDitempat yang sama , Akademisi Universitas Cenderawasih, Dra. Mien A. Roembiak MA memberikan tanggapannya bahwa mahasiswa adalah bagian dari suatu masyarakat dan mereka adalah generasi mudah yang harus menghormat dan menghargai budaya sendiri di masyarakat adatnya masing-masing. “Dan debat mahasiswa malam ini memberikan ruang bagi mereka untuk berbicara apa yang mereka pikir, tentang hak mereka sebagai masyarakat adat” ujar Mien Rumbiak yang juga merupakan Dosen Uncen.

Ditambahkannya bahwa pengetahuan ini penting karena kalau mereka tidak mereka pahami apa yang jadi prioritas mereka sebagai tanggung jawab dalam generasi muda, maka mereka akan kehilangan budayanya kalau mereka sendiri tidak tahu bagaiman kembangkan budayanya. Kalau budaya hilang, maka indentitas hilang dan tidak kan membuat sesuatu dalam kehidupan mereka untuk hal yang berguna.

“Ketika dirumah, pendidikan budaya diperoleh dirumah dan keluarga. Dan saat disekolah bagaimana dia menempatkan diri dan melihat dirinya sebagai anak Papua yang mempunyai nilai-nilai aturan yang sudaha diterima dalam dalam pendidikan keluarganya. Dan saat mahasiswa dia harus belajar tentang kehidupannya sebagai anggota masyarakat tapi dia harus tahu dan paham budayanya sendiri, lalu bisa pahami budaya orang lain,” ujar Anggota Dewan Juri Forum Debat Mahasiswa.

Ada dua hal yang disampaikan oleh Mien Roembiak yang disampaikan kepada kalangan generasi muda terutama para mahasiswa. Pertama; bahwa apa yang diperjuangkan terutama melalui pendidikan, pendidikan ini sangat penting sekali dan kalau pendidikan tidak dimasukan unsur-unsur kebudayaan mereka kedalam masyarakat mereka atau angkat apa yang penting dalam kebudayaan di masyarakat dari masyarakat maka dia tidak akan paham. Kedua; semakin tinggi pendidikannya maka jangan hilang nilai-nilai budayanya. Misalnya bahasa, kalau tidak digunakan maka dia bisa hilang kalau tidak dimanfaatkan dengan baik menutup pembicaraannya.

(Wirya Supriyadi)

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *