Salah satu Perempuan Sentani asal Kampung Abar saat menunjukan hasil Karya Helai Belanga Tanah mereka , foto : ananta/jeratpapua.orgSalah satu Perempuan Sentani asal Kampung Abar saat menunjukan hasil Karya Helai Belanga Tanah mereka , foto : ananta/jeratpapua.org

JERAT PAPUA.ORG, JAYAPURA  – Sampe atau helai yang terbuat dari tanah liat  biasanya di gunakan sebagai alat atau peralatan masak atau makan papeda. Kata Dorsina salah satu perempuan asli  suku sentani/bhuyaka dari kampung Abar, jika membuat papeda menggunakan sampe atau helai ini, rasa papeda tidak berbau dan menjadi lebih enak. Selain sampe atau helai masyarakat suku abar juga membuat piring kayu atau hote yang bisa digunakan untuk menyajikan sayur atau lauk pauk.

“ kalau tong buat papade atau fi  dengan helai ini rasa lebih enak, baru tra bau lagi “ kata Mama Dorsina selasa, ( 25/10/2022).

Pada Festival Danau Sentani  kami menemukan stan yang sangat unik, yaitu stan sampe atau helai ( atau belanga Tanah ) yang dibuat oleh  masyarakat adat dari Kampung Abar Distrik Ebungfauw Kabupaten Jayapura.  helai sendiri sudah menjadi kerajinan turun menurun suku Sentani /Bhuyaka di Kampung Abar. Proses pembuatannya mulai dari pembentukan  kemudian di bakar menggunakan  kayu bakar bisa menggunakan  oven.

“sekarang kalau ketong bakar bisa Pake Kayu dan bisa juga pake Oven “tutur Mama Dorsina

Stand sampe atau helai ini bukan milik individu melainkan kelompok masyarakat adat Kampung Abar. Jadi hasil kerajinan masyarakat dikumpul menjadi satu dan di pajang di stan ini. Mereka tidak memiliki toko khusus untuk menjual hasil Karyanya. Sehingga Jika ada Pengunjung dari luar kampung yang ingin membeli mereka harus turun langsung ke kampung untuk membelinya.

“kalau pengunjung banyak yang berminat bisa langsung ke Abar “ujarnya.

Mama Dorsina mengharapkan perhatian dari pemerintah untuk membuatkan toko khusus agar hasil Karya Belanga Tanah yang di produksi  Masyarakat Kampung Abar, dapat di jual ke kota, sehingga  kerajinan  Sampe atau Helai (belangan Tanah)  ini menjadi lebih dikenal dan dapat dilestarikan. (Ananta Mahasiswa Magang UM Papua)

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *