Pencarian Ulat Sagu di wilayah Pesisir Danau Sentani, foto : nesta/jeratpapua.orgPencarian Ulat Sagu di wilayah Pesisir Danau Sentani, foto : nesta/jeratpapua.org

JERATPAPUA.ORG, JAYAPURA, – Maraknya pemanfaatan lahan tidur di Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura terutama hutan-hutan sagu yang umumnya berada di pinggiran kota Sentani  dan Kota Jayapura, membuat traksaski penjualan tanah tidak dapat terhindarkan.

Hutan sagu sebagai  salah satu komiditi utama bagi orang asli Papua khususnya orang sentani, sehingga fungsi sagu tidak saja di manfaatkan sebagai makanan pokok Papade, tetapi juga  pohonya di gunakan sebagai penghasil ulat sagu dan jamur sagu .

Jamur sagu dan Ulat Sagu di hasilkan dari pembusukan pohon sagu dan ampas sagu yang telah di diamkan beberapa minggu bahkan  bisa mencapai bulan.

Akademisi  Fakultas MIPA Universitas Cenderawasih  Dr. Hendrite Loise Ohee ,M.Si. mengaku bahwa Jamur Sagu dan ulat memiliki kandungan gisi yang cukup tinggi sehingga kedua makanan ini umumnya di konsumsi oleh orang Papua terutama  orang Sentani dengan cara-cara sederhana. “jamur sagu dan ulat sagu memiliki sumber protein yang di makan oleh orang sentani sesekali , biasanya orang kalau sudah tokok sagu di biarkan beberapa waktu baru di ambil jamur dan ulat sagunya.” ungkap Heni Ohee .

Salah satu warga saat membersihkan Jamur Sagu yang selesai di panen dari Dusun Sagu di Kawasan Pesisir Danau Sentani,foto : nesta/jeratpapua.org
Salah satu warga saat membersihkan Jamur Sagu yang selesai di panen dari Dusun Sagu di Kawasan Pesisir Danau Sentani,foto : nesta/jeratpapua.org

Heni juga menambahkan tingginya kandungan protein dalam dua  kuliner tradisional ini, bahkan mempunyai efek samping semperti alergi , gatal-gatal dan bisul.”tetapi makannan ini mempunyai efek samping dimana terasa gatal-gatal di kulit dan sekucur tubuh “tuturnya.

Karena tidak umum didapatkan,  Heni Ohee bahkan mengaku bahwa harga jamur sagu dan ulat sagu saat ini cukup mahal, kisaran Tiga Puluh Ribu hingga Limapuluh Ribu pertumpuknya .”belakangan ini menjadi mahal , pertumpuknya setiap tumpuknya mungkin hanya 20 sampai 30 ekor ulat sagu, dan beberapa potong jamur sagu “akunya.

Pembatu Dekan II Fakultas MIPA Uncen Ini bahkan membeberkan, dengan kebanggan kuliner yang ada ini mulai terancam habitatnya akibat menipisnya hutan sagu di wilayah sentani dan Kota Jayapura akibatnya tingginya permintaan pengembangan wilayah akibat pembangunan di wilayah pinggiran kota.”sekarang dusun sagu sangat berkurang  jumlahnya sehingga ulat sagu dan Jamur sagu sangat susah di dapatkan.”tandasnya. (nesta)

 

 

 

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *