Irawati Mangalumpun (Mahasiswa Magister Manajemen Pendidikan Universitas Cenderawasih), foto : ira/jeratpapua.orgIrawati Mangalumpun (Mahasiswa Magister Manajemen Pendidikan Universitas Cenderawasih), foto : ira/jeratpapua.org

(Oleh : Irawati Mangalumpun, S.Pd)

(Mahasiswa Magister Manajemen Pendidikan Universitas Cenderawasih)

 

PENDAHULUAN

Penerapan kurikulum-13 dalam pelaksanaan pendidikan telah terdapat banyak perubahan yang telah dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, pada Tahun ajaran 2018/2019 terdapat beberapa perubahan penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Kurikulum 13 (K-13). Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan nasional berdasarkan fungsinya secara jelas mengamantkan bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat panting untuk ditingkatkan.

SMP Negeri 2 Jayapura merupakan sekolah model dan sekolah pengerak di Kota jayapura. Letaknya yang sangat strtegis yaitu berada di tengah Kota Jayapura dan dengan predikat sekolah berakreditasi A, menjadikan sekolah ini sebagai sekolah favorit. Banyak orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di sekolah ini. Hal ini memberikan manfaat besar bagi sekolah ini, dimana rata-rata siswa yang bersekolah di disi memiliki kemampuan pengetahuan diatas rata-rata. hasil wawancara dengan beberapa guru dalam pelaksanaan K13 tahun 2021/2022 menunjukan bahwa guru belum maksimal menerapkan K13 di sekolah ini hal ini ditunjukan dengan proses pembelajaran dan penilaian siswa yang belum sepenuhnya mengacu pada kurikulum K-13 yang berbasis karakter. Sesaui dengan tujuan pendidikan nasional yang mengamanatkan bahwa pendidikan harus dilakukan secara sistematis, maka sekolah harus sepenuhnya menerapkan pembelajaran berbasis karakter karena itu sudah sesuai dengan tujuan dan amanat kurikulum K-13 dan tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti bertujuan  pertama mengidentifikasi Faktor eksternal dan factor internal pengembangan mutu pendidikan dengan penerapan pembelajaran berbasis karakter di SMP Negeri 2 Jayapura Provinsi Papua. Kedua membuat Strategi pengembangan mutu pendidikan dengan penerapan pembelajaran berbasis karakter di SMP Negeri 2 Jayapura Provinsi

Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran mendalam tentang factor internal dan factor eksternal pembelajaran berbasis karakter. Selanjutnya dapat mengembangkan startegi peningkatan mutu pendidikan dengan penerapan pembelajaran berbasis karakter. Adapun pendekatan yang penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.  Data ini diperoleh dari para informan antara lain pengawas sekolah, Kepala seklah, wakil kepala sekolah, Kepala tata usaha, Komite sekolah dan pengurus alumni. Selanjutnya berdasarkan factor internal (kekuatan dan kelemahan) dan factor eksternal (peluang dan ancaman). Para informan akan memberikan bobot antara lain (5) Sangat Penting Sekali, (4) Sangat Penting, (3) Penting, (2) Kurang Penting dan (1) Tidak Penting. Setelah itu, diberikan Rating yaitu (4) Sangat Kuat, (3) Kuat, (2) Kurang Kuat  dan (1) Tidak Kuat.

Faktor Eksternal Dan Internal Yang mempengaruhi Penerapan Pembelajaran Berbasis Karakter Di SMP Negeri 2 Jayapura Provinsi Papua

  1. Peluang (Opportunity)

Sekolah memiliki peluang yang besar sekali dalam pengembangan pembelajaran berbasis karakter di SMP Negeri 2 Jayapura berdasarkan pernyataan dari Pengawas Sekolah, Kepala sekolah, Wakil Kepala sekolah Bidang Kurukulum, Wakil Kepala sekolah Bidang Kesiswaan, Wakil Kepala sekolah Sarana Prasarana, Kepala Tata Usaha, Ketua Komite dan Ketua alumni. Peluang penting dan urgen yang dimiliki sekolah dalam pengembangan pembelajaran berbasis karakter berdasarkan pembobotan yang diberikan responden adalah (1) Adanya supervisi dari pengawas dalam pengembangan pembelajaran berbasis; (2) Adanya Peraturan Pemerintah dalam penerapan kurikulum 2013  karakter; (3) Kuatnya ukungan dari alumni; Tingginya partisipasi orang tua dalam penerapan pembelajaran berbasis karakter

  1. Ancaman (Threat)

Kurang maksimalnya penerapan pembelajaran berbasis karakter dapat mengancam karakter siswa yang masih aktif bersekolah maupun lulusannya. Berdasarkan hasil pembobotan dan rating yang dinyatakan responden maka ancaman terbesar akibat tidak maksimalnya pembelajaran berbasis karakater (1) Semakin meningkatnya kasus siswa yang tidak berkarakter baik dan tidak disiplin (2) Tidak terbentuknya karakter siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran K-13; (3) Menurunnya harmonisasi guru dengan siswa dan orang tua; (4) Belum tercapainya target sebagai sekolah model dan sekolah penggerak; (5) Memiliki lulusan berprestasi dibidang akademik namun kurang pemahaman karakter.

  1. Kekuatan (Strength)

Salah satu factor internal yang mendukung pembelajaran berbasis karakter adalah kekuatan sekolah itu sendiri. Berdasarkan hasil pembobotan (sangat penting) dan rating (berperan sangat kuat) yang dinyatakan oleh responden diketahui terdapat enam kekuatan antara lain (1) Masih mengunakan dan menerapkan kurikulum K-13; (2) Tingginya komitmen kepala sekolah mengembangkan pembelajaran berbasis karakter; (3) Tersedianya panduan pedoman penilaian guru dalam pembelajaran berbasis karakter; (4) Tingginya prestasi siswa mendukung pembelajaran berbasis karakter; (5) Menjadi sekolah model dan sekolah penggerak di Kota Jayapura; (6) Tersedianya tenaga guru profesional bersertifikasi dalam pembelajaran berbasis karakter

  1. Kelemahan (Weaknesses)

Dalam penerapan pembelajaran berbasis karakter SMP Negeri 2 Jayapura terdapat beberapa kelemahan. Berdasarkan hasil pembobotan (sangat penting) dan rating (dirasakan sangat kuat) diketahui ada tujuh factor yang menjadi kelemahan sekolah dalam merapkan pembelajaran berbasis karakter antara lain (1) Belum maksimalnya penerapan penilaian pembelajaran berbasis karakter; (2) Minimnya sosialisasi tentang pembelajaran berbasis karakter pada guru dan siswa: (3) Kurang maksimalnya penerapan kurikulum 2013; (4) Kurangnya kegiatan pendukung pembelajaran berbasis karakter: (5) Adanya guru honorer dan yang belum bersertifikasi: (6) Kurang maksimalnya pemahaman guru terhadap pembelajaran berbasis karakter: (7) Belum maksimalnya pengawasan kepala sekolah dalam pembelajaran berbasis karakter

 Strategi Peningkatan Penerapan Pembelajaran Berbasis Karakter Di SMP Negeri2 Jayapura Provinsi Papua

  1. Strategi Competition (Strength – Opportunity)

Strategi ini menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. strategi ini dapat digunakan apabila sekolah berada dalam posisi yang kuat dan banyak peluang yang teridentifikasi. Berdasarkan kekuatan dan peluang yang diliki oleh sekolah maka Strategi (S-O) dalam pembelajaran berbasis karakter adalah (1) Memaksimalkan penerapan kurikulum K-13 melalui supervise pengawas sekolah terhadap pihak sekolah (kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan); (2) Memaksimalkan kolaborasi antara pihak sekolah dengan komite untuk bekerja sama dengan orang tua dalam penerapan pembelajaran berbasis karakter.; (3) Memaksimalkan peran alumni dan komite sekolah dalam penyediaan sarana prasarana penunjang pembelajaran berbasis karakter.

 

  1. Strategi mobilization (Strength – Threat)

Strategi ini menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Stretegi ini dipilih apabila sekolah memiliki kekuatan yang cukup, tetapi di luar sana banyak ancaman yang harus dihadapi. Berdasarkan kekuatan yang ada maka strategi yang digunakan untuk mengatasi ancaman antara lain (1) Memaksimal peran pengawas sekolah dalam melakukan supervise terhapa kepala sekolah, guru dan tenaga pendidikan terkait metode pembelajaran dan metode penilian berbasis karakter di sekolah; (2) Memfasiltasi guru honorer dan guru PNS dalam emlakukan sertifikasi dengan dengan memaksimalkan supervisi.

 

  1. Strategi investment/divestment (W-O)

Strategi ini meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. dengan kata lain, sekolah memanfaatkan peluang yang ada untuk meningkatkan kekuatannya. Strategi ini diambil apabila sekolah dalam kondisi yang lemah akan tetapi menghadapi banyak peluang yang tersedia. Dengan peluang yang dimiliki maka strategi yang digunakan untuk mengatasi kelemahan antara lain (1) Melakukan sosialisasi dan pembinaan oleh pengawas sekolah kepada guru, pelaksana kurikulum dan tenaga tenaga kependidikan terkait proses pembelajaran dan penilaian berbasis karakter.; (2) Memaksimalkan peran orang tua dengan melakukan kolaborasi pembelajaran berbasis karakter

 

  1. Strategi damage control (W-T)

Strategi ini meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. dalam strategi ini, sekolah harus menekan kelamahan dan ancaman secara bersama-sama. Strategi ini harus digunakan pada saat sekolah menghadapi banyak ancaman dan dalam kondisi yang lemah. Dengan demikian maka strtaegi yang di untuk meminmalkan kelemahan dan menghindari ancaman adalah membangun komitmen bersama antara kepala sekolah, guru, komite sekolah dan alumni untuk mendukung secara maksimal penerapan kurikulum berbasis karakter agar dapat menjaga mutu pendidkan dan akreditasi sekolah sesuai dengan kurikulum 13.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, 2004, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education), Bandung: Penerbit Alfabeta

AryBogdan, RC and Bihlen,SK,1982, Qualitative Reseach For Education An Introduction to Theory and Methods, London.Allyn and Bacon.Inc.

BSNP, 2006, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

Buchori, Mochtar, 2007, Pendidikan Antisipatoris, Bandung, Kanisius > I Saifurrohman I Pendidikan Berkarakter

54 I Jurnal Tarbawl Vol. II. No. 2. Jull – Desember 2014

Dali Gula, 1982, Pendidikan Karakter Siswa Sekolah Dasar, Jakarta, PT. Gramedia

Depdiknas,2001, Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education) ——————–, Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education) Buku I, Jakarta

Handoyo, T. Hani, 2003, Manajemen Edisi 2,, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta http://akhmadsudrajat.word press.com/2010/08/20/pendidi kan-karakter-di-

SMA/diliat pada tanggal 13 Januari 2012

Kertajaya, 2010, Positioning Differentiation Brand, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama

Lickona, 2006, Educating For Character, Jakarta, Bumi Aksara

Mulyasa, E, 2002 Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan lmplementasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Suryadi Prawirosentono, 2002, Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta, PT.Bumi Aksara.

Suyanto, 2009, Hasil lmplementasi Pendidikan Karakter di Amerika Serikat: Meta- analisis Study, Jogjakarta, Balai Putaka

Thimoty Wibowo, Pendidikan Kararakter bagi masa depan anak, http://www.pendidikankarakter.com/kekuatan-karakter-bagi-masa-depan-anak/ ( di publish oleh, www.jeratpapua.org)

 

 

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *