Festival Film ( FFP) VI “Dari Kampung Kitong Cerita” Mepertahankan Tradisi di Tengah Gemuru Zaman

0
106
Ketua Panitia FFP VI 2023 Iren Fatagur (tengah) Ketua Umum Papua Voice Harun Rumbarar (kri) dan Moderartor Markus Wayeni (kanan ), foto : nesta/jeratpapua.org
Ketua Panitia FFP VI 2023 Iren Fatagur (tengah) Ketua Umum Papua Voice Harun Rumbarar (kri) dan Moderartor Markus Wayeni (kanan ), foto : nesta/jeratpapua.org

JERAT PAPUA.ORG,JAYAPURA – Penyelenggaraan Festival Film Papua VI tahun 2023, yang akan berlangsung pada 7-9 Agustus 2023 mendatang,lebih kepada mengakat kisah-kisah atau cerita  sederhana yang berasal dari kampung sebagai upaya masyarakat adat mempertahankan Hak hidup mereka .

Ketua Umum Papua Voice Harun Rubarar mengatakan Perkembangan dunia dengan segala kisah pada saat ini, terjadi juga dalam kehidupan masyarakat adat di Tanah Papua. Perubahan atau perkembangan ini terjadi hampir di segala aspek kehidupan masyarakat adat di Tanah Papua.

Sumber daya alam yang kaya masih tetap  menjadi ‘primadona’ daya tarik bagi semua orang dan pihak investor. Hal ini menyebabkan suburnya investasi di Tanah Papua tampa memikirkan siapa pewaris yang sah.

Hal inilah yang mendorong Panitia dan Papuan Voice sebagai wadah para Pembuat film Dokumenter mengeksplor karya mereka dengan mengangkat Thema FFP VI lebih sederhana yakni “Dari Kampung Kitong Cerita “ sebagai bentuk upaya mempertahankan tradisi ditengah gemuruh saman.

“terkait FFP VI, kita akan lebih focus dengan isu yang lebih sederhana seperti beberapa tahun kemarin , kita mengangkat thema tentang kondisi dan situasi kebudayaan masyarakat adat, tetapi tahun ini themanya lebih mengerucut dan sederhana”ungkap Harun Rumbarar Ketua Umum Papua Voice senin,(10/7/2023)

Lebih Lanjut Harun Rumbarar menjabarkan, Suka atau tidak , situasi saat ini turut mempengaruhi kehidupan dan melahirkan persoalan baru di masyarakat adat Papua. Sehingga  situasi politik Papua dengan lahirnya kebijakan pemekaran 4 daerah otonomi baru (Provinsi Papua Selatan, Provinsi Papua Pegunungan, Provinsi Papua Tengah dan Provinsi Papua Barat Daya) turut serta mempengaruhi kehidupan masyarakat adat di Tanah Papua.

Sehingga Harun menambahkan dalam Festival Film Papua ke VI tahun 2023 dengan thema “Dari Kampung Kitong Cerita “ lebih berbeda dari FFP I dan V, dimana  lebih kepada cerita-cerita puitis  di angkat dari Kampung yang di rekam oleh komunitas Papuan Voice di seluruh wilayah di Papua.

“ kalau FFP satu sampai lima, kita menyampaikan kondisi secara langsung ,tetapi di thema ke VI agak sedikit berbeda kemasannya bagaimana kita bercerita , sehingga kita menyampaikan kepada orang lain ada cerita di kampung “ujar Harun .

Dari temuan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengurai secara jelas ada empat persoalan utama di Tanah Papua. Dua diantaranya adalah kegagalan pembangunan dan marjinalisasi orang Papua. Tak dipungkiri bahwa ada pembangunan infrastruktur namun dua persoalan di atas sampai saat ini masih digumuli dan dikisahkan oleh masyarakat adat Papua.

Ketua Panitia FFP VI Tahun 2023 Iren Fatagur menjelaskan persiapan panitia dalam pergelaran Festival Film Papua ke VI tahun 2023 yang akan berlangsung di Jayapura 7-9 agustus 2023 , sudah di lakukan sejak 12 Juni mulai dari Pembentukan Panitia dan 18 juni penentuan Thema FFP VI yakni “Dari Kampung Kitong Cerita “ ada thema-thema kecil yang juga kami angkat, yaitu pangan, perubahan sosial ,sejarah dan Identitas ,kearifan lokal , perempuan dan anak , potret buruh atau perampasan tanah.

“bentuk Festifal yang akan kami buat ada dua bentuk ,yakni nonton dan diskusi  yang kedua worshop “.

Selain itu Iren Juga menjabarkan sebenarnya FFP VI tahun 2023 yang seharusnya di selenggarakan di kota Wamena Kabupaten Jayawijaya , namun beberapa alasan membuat sehingga kegiatan ini di laksanakan di Jayapura.

Penyelenggaraan FFP VI Tahun 2023 merupakan gambaran dari berbagai kisah masyarakat adat Papua dari beberapa wilayah di Tanah Papua dapat menjadi ‘cermin’ bagi kita untuk mengamini temuan LIPI di atas. Di tahun 2022-2023, masyarakat adat Suku Awyu di Boven Digoel masih terus berjuang untuk mempertahankan hutannya dari kepungan investasi. Mereka menyadari bahwa kehadiran investasi akan merusak hutan dan alamnya serta semakin memarjinalkan mereka. Hal yang sama juga dialami oleh masyarakat adat pemilik hak ulayat di daerah Grime Nawa (Kabupaten Jayapura), Suku Moi (Kabupaten Sorong) dan di wilayah-wilayah yang pernah mendapatkan program transmigrasi. Pembangunan masih sebatas di daerah transmigrasi. Pemukiman yang dihuni oleh masyarakat adat masih jauh dari setuhan pembangunan.

Situasi seperti ini menuntut masyarakat adat Papua berusaha mempertahankan eksistensinya. Kisah Suku Auyu Boven Digoel yang digambarkan dalam film ‘Kesepkatan Rahasia Hancurkan Surga Papua’ bisa menjadi rujukan untuk melihat persoalan masyarakat adat di Tanah Papua. Selain mempertahankan hutannya, Suku Auyu bekerja keras untuk merajut kembali jalinan kekerabatan atau kekeluargaan yang rusak karena kehadiran perusahaan di wilayahnya.

Generasi Muda Papua yang juga bagian dari masyarakat adat di Tanah Papua, dengan caranya mempertahankan warisan tradisi di tengah perkembangan zaman ini. Salah satu usaha yang selalu dilakukan adalah membangun kesadaran kolektif kaum muda akan jati dirinya. Menjawab pergumulan ini, Perkumpulan Papuan Voices (PV) melaksanakan Festival Film Papua (FFP). Moment FFP yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2017 ini menjadi salah satu wadah bagi kaum muda Papua untuk melihat dirinya, menggali dan memperkuat identitasnya. Pada tahun 2023, PV akan menggelar FFP ke-VI dengan tema ‘Dari Kampung Kitong Cerita’.

Pihak PV menilai bahwa di kampung-kampung banyak kisah menarik. Kisah masyarakat adat Papua menghadapi perkembangan zaman, derasnya investasi, krisis identitas. Selain itu dari di kampunglah, banyak nilai dan kearifan lokal yang dapat menjadi bekal untuk menjelajahi perkembangan dunia saat ini.

Pada tahun 2023 ini, FFP ke VI dilaksanakan agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pihak PV tidak melaksanakan ajang kompetisi film documenter bagi para sineas muda di Tanah Papua. Papuan Voices menyadari bahwa penguatan kapasitas untuk anggotanya dan sineas muda Papua perlu ditingkatkan. Pada pergelaran FFP ke VI, PV lebih fokus pada kegiatan workshop film documenter, nonton dan diskusi film documenter sebagai wadah untuk meningkatkan kesadaran dan kepercayaan terhadap identitas. Rangkaian kegiatan FFP ke VI akan dilaksanakan pada 07 – 09 Agustus 2023 di Kota Jayapura. (nesta )

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here