Diskusi bersama Masyarakat Adat dalam menyikapi dampak perkebunan sawit beberapa waktu lalu di Kampung Workwana, Keerom. (Foto : Harun Rumbarar / JERAT Papua)

JAYAPURA, Pertemuan Para Korban Sawit di Arso khususnya suku Marap dan suku Abrab menuai hasil yang signifikan.Pertemuan tokoh adat bersama masyarakat korban sawit di Arso dihadiri oleh tokoh adat dan masyarakat dari 9 kampung.

Pertemuan mengambil tempat dirumah Modetus Fatagur, Kampung Workwana, Distrik Arso, Kabupaten keerom, Papua, pada Senin (09/05/2016).

Seperti di ungkapkan oleh Inno Fatagur salah satu tokoh pemuda di kampung workwana, ketika di konfirmasi JERAT Papua mengatakan bahwa pertemuan kami dengan tokoh masyarakat dan semua korban sawit di Arso sangat mendapat respon positif dari semua masyarakat di Arso khsususnya para korban sawit.

“Hasil pertemuan hari ini adalah pembentukan badan tim pembelah hak – hak dasar atas tanah hutan dan milik masyarakat adat,’’kata Inno Fatagur.

Pertermuan ini, bukan saja pembentukan tim peduli sawit di Arso, namun kami mengevaluasi kerja – kerja kami selama beberapa bulan terakhir saat menagawal agenda penolakan dan penarikan kembali tanah adat.

“Topik utama adalah dari hutan kami yang di pakai oleh PT.PN II Arso yaitu di kebun inti III, kebun inti IV, dan kebun inti V yang beberapa waktu kami melakukan aksi penolakan,’’kata Inno yang juga aktivis sawit di Keerom.

Diskusi bersama Masyarakat Adat dalam menyikapi dampak perkebunan sawit beberapa waktu lalu di Kampung Workwana, Keerom. (Foto : Harun Rumbarar / JERAT Papua)
Diskusi bersama Masyarakat Adat dalam menyikapi dampak perkebunan sawit beberapa waktu lalu di Kampung Workwana, Keerom. (Foto : Harun Rumbarar / JERAT Papua)

Sementara itu Lambertus Kuninggir selaku sub suku Kaya dengan tegas mengatakan mulai hari ini kami sudah sepakat untuk menolak keberadaan sawit milik PT.PN II di tanah adat kami.

“Kami sebenarnya sama sekali tidak memberikan ijin kepada perusahan sawit masuk di tanah kami,’’tutur sub Kepala Suku Kaya ketika dihubungi via telepone.

Menurutnya, jangan lagi ada perusahan di atas tanah kami, dan janagan perusahan peke masyarakat kami untuk merusak hutan kmai dengan memeberikan tanda tanagan palsu dan cerita palsu.

“Jangan ada masyarakat atau pemuda yang mencari makan dengan mendukung perusahan PT.PN II Kebun Arso, mereka sangat jahat dan kejam, kami tidak perna merasa bahagia dengan keberdaan kelapa sawit, jadi stop sudah tipu – tipu kami, “ kata Lambert .

Akhir dari diskusi adalah terpiihnya pengurus untuk melakukan advokasi bagi korban perkebunan kelapa sawit yang terdiri dari Dominika Tafor ( ketua ) , Ferdinand Tuamis (sekertaris) , Zakarias Fatagur (Sekretaris II) dan 27 anggota perwakilan dari 9 kampung.

Kegiatan diskusi ini diikuti oleh Servo Tuamis (Dewan Adat Keerom), Amatus Toam (Kepala Suku Bernesaw), Lambert Kuninggir (Kepala Sub Suku Kaya), Frans Tafor (Ketua Keret Tafor), Yulius Fatagur (Ketua Keret Fatagur/Wabiager), Anton Number (Ondoafi Suskun), Moses Muyasin (Ketua Keret Musyasin), Mikel Bagiasi (Ketua Keret Bagiasi) dan Tobiaz Tekam (Ketua Keret Tekam).

(Harun Rumbarar)

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *