Dekai,- Dalam beberapa bulan hujan tidak turun di Dekai, Yahukimo. Hal ini menyebabkan turunnya debit sungai yang biasa dilalui oleh kapal pemuat kebutuhan bahan pokok (bapok) maupun bahan bakar minyak (BBM) untuk Kota Dekai menjadi terhambat. Dengan pasokan yang tersendat menyebabkan kelangkaan bapok maupun BBM. Namun kini harga BBM sudah mulai normal kembali yakni 30 ribu per liter.
Terkait dengan tidak adanya hujan yang turun di Kota Dekai, Tinus Keikyera, Ketua Komite Dewan Masyarakat Adat Momuna(DMAM) saat ditemui dirumah Kepala Suku Umum Momuna, Minggu (25/10) menjelaskan bahwa jika dari pandangan Suku Momuna hal ini disebabkan adanya orang tertentu yang mempunyai kekuatan gaib mampu mencegah turunnya hujan.
“Kalau hujan tidak turun lama, biasanya ada kepercayaan di suku kami, bahwa ada orang yang bikin, sehingga hujan tidak turun,” ucap Tinus Keikeyara. Ditambahkannya hal ini bagi Suku Momuna sudah bukan rahasia lagi, sehingga mereka juga sudah cukup terbiasa dengan kondisi ini. Disisi lain dengan turunnya debit air sungai maka ada kesempatan bagi Suku Momuna untuk mencari ikan dikali-kali.
Ismail Keikyera , Kepala Suku Umum, DMAM, menuturkan bahwa memang dalam kepecayaan Suku Momuna, ada kemampuan seperti itu. “Iya memang kitong dari moyang mempunyai kemampuan itu, karena dekat dengan alam. Kalau saat ini Dekai tidak hujan, biasanya karena ada orang yang membuat pesta ular. Saat ini yang kami dengar mereka membuatnya di Seradala,” ujar Ismail Keikyera. Ditambahkannya bahwa orang yang menggelar pesta ular, maka melakukan ritual diantara dengan mengisi air ke bambu dan diikatkan pada tiang rumah pesta ular. “Jadi selama pesta berlangsung, pembuat pesta tidak akan minum air, artinya kitong tahu, bahwa hujan tidak akan turun. Kalaupun hujan turun berarti dia ada minum air sedikit ,” jelas Keikyera.
Saat disinggung apakah ada manfaatnya jika dalam pesta ular, akhirnya tidak turun hujan. Ismail Keikyera mengatakan bahwa jawabannya sama seperti yang disampaikan oleh Tinus Keikyera, Ketua Komite Suku Momuna, bahwa dengan berkurannya air sungai, maka masyarakat bisa menangkap dan mengkonsumsi ikan sepuasnya. “Nah kalau sudah puas, lalu mereka tidak tahan hujan lagi. Dan membiarkan hujan turun” tukas Keikyera.
Dijelaskan Keikyera sebenarnya sejak Suku Momuna mengenal Injil maka kebiasaan pesta ular mulai ditinggalkan karena dalam pesta tersebut memanfaatkan kuasa gelap. Namun harus diakui bahwa hal ini masih ada karena kemampuan tersebut diturunkan turun temurun kepada anak cucu sehingga masih ada saja orang yang melaksanakan pesta ular. Beberapa alasan dilakukan Pesta Ular adalah jika ada wabah yang menyerang masyarakat ataupun untuk mencari perdamaian jika ada persoalan pembunuhan. Pesta dilaksanakan disebuah tempat berupa rumah panjang dan bisa berlangsung selama 5 bulan lebih dan dihadiri oleh Suku Momuna dan suku-suku sekitarnya, seperti Wemim Asmat, Kopkaka , Tokuni dan lainnya. (Wirya Supriyadi)