Kisah Dari Kampung Sarawandori Serui

0
2070

Serui – Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.

Ekowisata dimulai ketika dirasakan adanya dampak negatif pada kegiatan pariwisata konvensional. Dampak negatif ini bukan hanya dikemukakan dan dibuktikan oleh para ahli lingkungan tetapi juga para budayawan, tokoh masyarakat dan pelaku bisnis pariwisata itu sendiri. Dampak berupa kerusakan lingkungan, terpengaruhnya budaya lokal secara tidak terkontrol, berkurangnya peran masyarakat setempat dan persaingan bisnis yang mulai mengancam lingkungan, budaya dan ekonomi masyarakat setempat.

Pada mulanya ekowisata dijalankan dengan cara membawa wisatawan ke objek wisata alam yang eksotis dengan cara ramah lingkungan. Proses kunjungan yang sebelumnya memanjakan wisatawan namun memberikan dampak negatif kepada lingkungan mulai dikurangi.

Dari uraian diatas dapat dikemukakan hal positif dan juga hal negatif dari sebuah pengelolaan berbasis ekowisata.

Kampung Sarawandori, terletak di distrik Kosiwo, secara starategis posisi kampung ini sangat mudah terjangkau oleh masyarakat Yapen, pasca perpindahan bandara dari Sudjarwo Tjondronegoro di Serui, pindah ke Stevanus Rumbewas di Kamanap (kampung Kamanap, di distrik Kosiwo).

Kampung ini dulunya hanya satu kampung, namun maraknya pemekaran kampung membuat kampung Sarawandori dibagi menjadi kampung Sarawandori Satu dan Sarawandori Dua.

Secara keseluruhan, kampung Sarawandori mempunyai potensi wisata yang luar biasa indah untuk dikelolah. Teluk Mioka, keindahan bawah laut, telaga Pamoi, daerah potensial budidaya rumput laut dan keindahan pantai.

Tahun 2016, kami Jaringan Kerja Rakyat (JERAT) Papua berkesempatan berkunjung ke kabupaten kepulauan Yapen. Di Serui (pusat kotanya) kami bersama Kesatuan Pengelolah Hutan Produksi (KPHP) Yapen, mengunjungi kampung Sarawandori.

Hasil dari kunjungan kami, kurang lebih tiga bulan itu, banyak hal yang terencana. Namun banyak pula yang terhambat.

Hal-hal yang telah kami laksanakan bersama masyarakat adat Sarawandori adalah penguatan masyarakat adat dan kampanye bersama untuk pengelolaan wisata, berbasis ekowisata,berikut ulasannya ;

  • POTENSI WISATA

Potensi wisata sudah pasti, namun yang menjadi sorotan adalah tata pengelolaannya. Pengelolaan bisa dari pemerintah, investor atau masyarakat. Apapun itu yang diharapkan adalah keterlibatan masyarakat kampung Sarawandori wajib terlibat sebagai langkah keberlanjutan dan juga pemeliharaan potensi untuk waktu jangka panjang.

  • POTENSI EKONOMI

Potensi ini yang menjadi dambaan bagi masyarakat kampung Sarawandori, artinya ada perubahan taraf hidup dari hasil wisata bagi kehidupan masyarakat. Harapan besar masyarakat adalah adanya lembaga tingkat kampung yang baik untuk mengelola alur keuangan agar perputaran uang dapat berjalan optimal di kampung.

  • POTENSI MENYUMBANGKAN PAD

Potensi berkontribusi untuk menyumbangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat mungkin, jika dilakukan secara musyarwarah antara pemerintah dan masyarakat.

  • POTENSI KEPADA MASYARAKAT

Pastinya akan ada banyak kontribusi baik dari adanya pengelolaan ekowisata ini. Potensi sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat lokal, sebagai tempat santai dan bersantai bagi tim tamu saat berkunjung guna melawan tim sepakbola Serui/PERSERU dan lain sebagainya.

Spot Love di Kampung Sarawandori (foto : Theis Wopi)

Hal yang menjadi kisah tersendiri bagi kami adalah kampanye wisata kampung Sarawandori, yaitu setelah peluncuran website kampung Sarawandori [ Baca : Bupati Serui Launching Website di Kampung Sarawandori ] kami kesulitan dalam menyiapkan, melatih dan fasilitas untuk penunjang perkembangan website ini. Namun itu bukan penghalang, kami tetap bersama mereka [ Baca : Ke Yapen, JERAT PAPUA Kunjungi Sarawandori ] tetap kami lalukan.

Hasilnya pada tahun 2017, kesadaran lebih lagi dari sebelumnya telah nampak terlihat dan dirasakan. Pengelolaan spot wisata telah dibangun hingga tahun 2018, namun jika tidak di publikasi maka pengunjung pun jarang untuk berkunjung.

Berawal dari memanfaatkan perdebatan nasib PERSERU mengarungi kompetisi liga1, dimana Serui sering pindah kandang ke luar Serui, maka kami berinisiatif untuk advokasi guna menepis hal-hal yang dijadikan alasan dari tim tamu kepada tuan rumah PERSERU. Alasan yang sering dilontarkan yaitu perjalanan yang jauh, lampu stadion Marora kurang memadai, sering listrik terganggu, internet terbatas dan lain-lain.

Inisiatif untuk menipis permasalahan itu pun kami advokasi, yaitu merubah hal negatif menjadi hal positif. Hanya satu cara, yaitu kami tawarkan keindahan alam kampung Sarawandori.

Luncurkan tagar #AyoKeSerui dan #Sarawandori gencar kami lakukan di sosial media. Hasilnya semakin hari semakin menarik, sebut saja Boaz Salossa tertarik untuk berpose di Sarawandori (spot wisata Pamoi) setelah sebelumnya pemain Bali United, Persija, Persib dan tim-tim lain telah berfoto disini.

Strategi pun tercapai, yakni kampanye tercapai, karena secara tidak langsung jutaan followers dari pemain sepakbola bintang-bintang ini di sosial media telah tau tentang indahnya alam Serui. Advokasi kepada PERSERU pun berjalan seirama dengan perkembangan ekowisata dari masyarakat adat untuk Yapen yang lebih baik.

Penulis : Markus Imbiri

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here