SD Kwimi “15 Menit dari Ibu Kota” Minim Fasilitas

0
338
Siswa Kelas VI SD Inpres Kwini sedang menyimak pelajaran yang disampaikan oleh guru mereka ( Foto Harun Rumbarar / JERAT Papua)
Siswa Kelas VI SD Inpres Kwini sedang menyimak pelajaran yang disampaikan oleh guru mereka ( Foto Harun Rumbarar / JERAT Papua)
Siswa Kelas VI SD Inpres Kwini sedang menyimak pelajaran yang disampaikan oleh guru mereka ( Foto Harun Rumbarar / JERAT Papua)
Siswa Kelas VI SD Inpres Kwini sedang menyimak pelajaran yang disampaikan oleh guru mereka ( Foto
Harun Rumbarar / JERAT Papua)

Keerom,- Sebuah gedung sekolah berdiri kokoh walau terlihat telah lama. Letaknya tidak begitu jauh dari ibu kota distrik bahkan jalan menuju sekolah tersebut sangatlah mudah di lewati kendaraan. Namun sayang sekali kondisi lingkungan sekolah yang tidak cukup terawat dangan baik ,rerumputan tumbuh tinggi dan tidak terdapat pagar . Demikianlah sepintas kondisi Sekolah Dasar (SD) Instruksi Presiden (Inpres) Kwimi, Distrik Arso, Kabupaten Keerom Papua saat disambangi Jerat Papua  pada Selasa (01/03) pekan lalu.

Saat memasuki akan menuju SD Kwimi maka akan melewati beberapa perumahan dipinggiran kanan jalan sementara dibagian kiri jalan  akan dijumpai areal perkebunan kepala sawit yang sangat rimbun dan padat. Dan jalan menuju sekolah ini bisa dikatakan  suasananya sangat sepi tidak banyak lalu lalang orang maupun kendaraan. Untuk mencapai SD Kwimi  hanya membutuhkan waktu 15 menit dari Distrik Arso yang juga  pusat Pemerintahan Kabupaten Keerom.

Sekolah yang berdiri sejak tahun 1980-an ini lebih banyak menampung anak asli Keerom yakni anak asli di Kampung Kwimi itu sendiri, dan beberapa kampung di daerah Distrik Arso. Bahkan terdapat siswa dari Distrik Web, Waris bahkan Senggi mereka  bersekolah di SD Kwimi.

Total siswa  sebanyak 83 orang siswa dan memiliki 12 orang guru pengajar yang terdiri dari  10 orang guru adalah pegawai negeri, satu orang guru kontrak kabupaten dan  satu orang guru  honorer bahasa Inggris. Frasnsiskus Wambea , seorang guru yang telah mengabdi sejak tahun 1988 di SD Kwimi menjelaskan bahwa disekolah ini masih kekurang fasilitas. ‘’Fasilitas yang kurang memadai membuat kami guru-guru harus bekerja lebih ektra, alagi dengan melayani anak  anak asli Keerom haruslah dengan penuh kesabaran,” ucapa Fransiskus Wambea.Ditambahkan oleh Wambea bahwa kekurangan fasilitas penunjang yang ada telah dilaporkan dan diusulkan  kepada dinas namun pengusulan namun sampai saat ini belum terjawab oleh pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Keerom .

‘’Kebutuhan yang paling mendasar adalah perpustakaan ditumbuhkan   minat membaca di sekolah, karena sebagian anak – anak  sangat kurang dan lambat membaca jadi kalau  ada perpustakaan maka aktifitas membaca akan kita terapkan di saat jam – jam kosong kepada siswa,’’tutur Wambea dengan penuh harap.

Yosua S. Forki S.pd selaku kepala sekolah SD Inpres kwimi saat diwawancarai oleh JERAT Papua . (Foto Harun Rumbarar/JERAT Papua)
Yosua S. Forki S.pd selaku kepala sekolah SD Inpres kwimi saat diwawancarai oleh JERAT Papua . (Foto Harun Rumbarar/JERAT Papua)

Minimnya sarana dan fasilitas pendukung juga diungkapan  oleh Yosua S. Forki S.pd selaku kepala sekolah SD Inpres kwimi. “Ada tiga hal paling mendasar yagg kami  harapkan dari perhatian pemeritah seperti, pagar sekolah, rumah guru dan perpustakaan yang sampai saat ini belum ada sama sekali, dan yang menurut kami penting itu adalah perpustakan sekolah yang sangat kami nanti –nantikan setiap kami melihat siswa bermain saat jam kosong, atau tak ada guru kelas di ruang sehingga perpustakaan dapat mengisi  waktu kosong agar siswa membaca,’’ ungkap Kepsek SD Kwimi yang baru menjabat selama 1 tahun.

Dikatakannya lagi, jika satu di antara tiga kebutuhan ini dijawab oleh pemeritah Kabupaten Keerom tentu saja dirinya dan para guru sangat  bersyukur. Karena hal ini juga dari bagian dalam meningkat sumber daya manusia melalui pendidikan formal.

Imelda Swo seorang murid  kelas enam  saat diminta tanggapannya oleh JERAT Papua tentang tantangan yang dihadapi selama bersekolah di SD Kwimi. Imelda menceritakan bahwaa sejak duduk di bangku kelas satu, ia berjalan kaki bersama teman-temanya menempuh perjalan sejauh 3 km untuk sampai di sekolah, sampai saat ini ia sudah berada di bangku kelas enam. Namun dirinya tidak pernah mengeluh. “Karena saya ingin sekolah jadi pintar dan bisa dapat sa pu cita-cita” ujar Imelda dengan senyum mengembang.

(Harun Rumbarar/Wirya Supriyadi)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here